Thursday, May 5, 2016

Kualitas Keluarga di Masa Depan Dimulai dari Sekarang


Sebagai negara terpadat keempat di dunia, tentu populasi yang ada di Indonesia diharapkan memiliki kualitas yang baik. Namun, ingat bahwa kualitas sumber daya manusia (SDM) telah ditentukan dari periode sebelum konsepsi. Menteri Kesehatan Nila Moeloek menekankan, gizi adalah tuas untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Nah, persiapan gizi ini tidak hanya dilakukan ketika ibu hamil, tapi karena masa remaja.

"Karena siklus hidup dari masa kecil hingga usia tua. Gizi baik harus dipersiapkan selama berabad-abad seolah-olah mereka ada di masa ini. Jika orang-orang muda memahami keluarga berencana, dipersiapkan dengan baik, memenuhi kebutuhan gizi kemudian menikah dan hamil, merawat anak-anak dengan bai termasuk menyusui, akan dibentuk dari sumber daya manusia yang berkualitas, "kata wartawan Menteri Kesehatan Nila di Balai Kartini, Jl Jend Gatot Subroto, Jakarta, Selasa (2016/03/22).

Selain itu, sekarang berdasarkan data studi Lancet Series menyusui, di Indonesia prevalensi ASI eksklusif meningkat menjadi 65 persen. Bahkan, berdasarkan jumlah 2.013 Riskesdas 38 persen. Meski begitu, masih ada masalah lain yang kekurangan gizi dan obesitas pada prevalensi obesitas mencapai 11,9 persen menurut Riskesdas 2013. Pengerdilan mencapai 37 persen itu juga berkurang jumlahnya, yaitu 29 persen, menurut status gizi data dipantau. Menurut Menteri Kesehatan Nila, prestasi ini tidak terlepas dari peran Negara dan Masyarakat. Sementara di Indonesia sampai saat ini hanya sembilan kabupaten / kota yang memiliki status gizi yang baik.


Saturday, March 12, 2016

Pencegahan HIV untuk Bayi

Bayi yang lahir dengan HIV sekarang memiliki harapan hidup karena para ilmuwan mungkin telah menemukan cara untuk menghilangkan virus dari tubuh mereka.

Seorang bayi AS kedua dan lima lagi di Kanada dimungkinkan telah sembuh dari virus yang menyebabkan AIDS. Tidak ada jejak virus telah ditemukan dalam sistem tubuh anak-anak ini setelah menerima perawatan.

"Hal ini bisa mengakibatkan perubahan besar karena dua alasan," kata Dr Anthony S. Fauci, direktur eksekutif Institut Nasional untuk Alergi dan Penyakit Infeksi. "Kedua untuk kesehatan dan kesejahteraan anak dan karena merupakan bukti besar konsep yang dapat dipakai menyembuhkan seseorang jika Anda dapat mengobati mereka cukup awal."

Contoh pertama dari percobaan obat itu dilakukan dua tahun lalu ketika bayi Mississippi didiagnosa dengan virus. Hanya 30 jam setelah lahir, bayi itu dibawa ke Universitas Mississippi Medical Center dan memulai pengobatan antiretroviral. Dokter meresepkan tiga obat yang agresif segera setelah ia lahir, yang terbukti membuat perbedaan.


tingkat awal virus yang tinggi, dan kemudian menurun di bulan pertama. Setelah pengujian awal, virus itu terdeteksi tiga kali, tetapi menjadi tidak terdeteksi setelah usia satu bulan. Anak itu serta ibu yang terjangkit virus diberi pengujian kurang lebih selama satu tahun, dan selama waktu itu anak tidak menerima pengobatan. anak kembali untuk pengujian pada usia 23 bulan, dan viral load yang secara ajaib masih tidak terdeteksi. Hari ini, pada usia 3 tahun, anak itu masih terbebas dari HIV.

Wednesday, March 2, 2016

Ketika Si Kecil Takut Sekolah

Bagi orangtua, edukasi atau pendidikan adalah hal penting yang harus mereka berikan kepada anak-anaknya. Nilai pendidikan itu dapat diperoleh dengan berbagai cara, entah pendidikan informal, maupun pendidikan formal. Dan seperti yang telah kita ketahui, pendidikan formal bagi anak-anak Indonesia dimulai dari jenjang sekolah dasar, mulai dari kelas satu sampai kelas enam. Nah, bagi sang anak, fase bersekolah dasar barangkali tidak seriang yang dirasakan orangtua mereka. Orangtua suka tidka menyadari bahwa anak-anak mereka sebenarnya sangat cemas ketika akan memasuki hari pertama sekolah, ada yang merajuk dan menangis meminta agar tidak sekolah, ada juga anak yang memberanikan diri, dan setelah hari pertama malah jadi takut, ada juga yang setelah hari pertama jadi terbiasa dan lancar-lancar saja.


Nah, ketakutan semacam itu sebenarnya wajar saja, karena pada dasarnya sistem psikologi tubuh manusia yang terdapat di dalam otak memang memberikan respon cemas setiap manusia akan bertemu atau melakukan hal-hal yang dianggap baru dan asing oleh kendali otaknya. Tak terkecuali seorang anak yang akan memasuki hari pertama di kelas 1 SD. Kecemasan semacam itu adalah hal wajar, terlebih seorang anak kecil tak memiliki banyak pilihan di kepalanya sehingga muncullah kekhawatiran dan ketakutan menjelang hari pertama itu. Tapi, hal ini tidak akan berlangsung lama, setelah kurang lebih tiga smpai empat hari, si anak akan terbiasa dengan lingkungan barunya. Lingkungan yang tadinya asing buat mereka, perlahan akan menjadi biasa saja, dan penolakan dari otak si anak akan berkurang, dan mereka akan bisa menerima situasi baru mereka. Jadi, seperti itulah yang terjadi dalam diri seorang anak kecil yang akan pertama kalinya masuk sekolah, akan muncul kecemasan, namun akan segera sirna setelah beberapa hari.